Komposisi beton terdiri dari semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil atau batu pecah). Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu untuk mencapai kekuatan dan karakteristik beton yang diinginkan.
Selain itu, terkadang ditambahkan bahan campuran lain dan udara juga menjadi bagian dari komposisi beton.
Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai komposisi beton :
Semen : Berfungsi sebagai bahan pengikat hidrolis, yang akan mengeras saat bercampur dengan air.
Pasir / Agregat halus : Berfungsi sebagai pengisi dan mempengaruhi kepadatan beton.
Batu / Kerikil / Batu pecah : Berfungsi sebagai pengisi utama dan mempengaruhi kekuatan beton.
Air : Berperan dalam proses hidrasi semen, yang menyebabkan pengerasan. Kualitas air juga perlu diperhatikan, sebaiknya menggunakan air bersih yang memenuhi standar.
Bahan Tambahan (Admixture) : Adakalanya ditambahkan bahan tambahan seperti zat kimia untuk meningkatkan sifat-sifat tertentu pada beton, misalnya kemudahan pengerjaan, kecepatan pengerasan, atau ketahanan terhadap cuaca ekstrim.
Perbandingan komposisi beton (misalnya, perbandingan 1:2:3 untuk semen:pasir:kerikil) dapat bervariasi tergantung pada mutu beton yang diinginkan dan jenis konstruksi yang akan dibuat.
Beberapa contoh campuran beton :
Beton mutu K-175 hingga K-225 : Umumnya menggunakan perbandingan 1:2:3 ( semen : pasir : kerikil ).
Beton mutu K-300: Membutuhkan lebih banyak semen, sekitar 300 kg per meter kubik, dan perbandingan yang lebih tepat akan menghasilkan beton yang lebih kuat.
Perlu diingat bahwa perhitungan campuran beton yang tepat sangat penting untuk memastikan kekuatan dan kualitas beton yang dihasilkan, dan sebaiknya mengacu pada standar yang berlaku seperti SNI